Selasa, 19 Juni 2012

Menaklukkan Dunia Maya dari Kursi Roda


Habibie Afsyah (24 Tahun)
Melalui ilmu marketing online, Habibie berharap, sesama penyandang disabilitas mampu hidup mandiri dan tidak menyusahkan orang lain.

Keterbatasan fisik tak membuat seseorang pasrah begitu saja. Habibie Afsyah, penyandang disabilitas yang sebagian besar anggota tubuhnya lumpuh tetap mampu berkarya. Ia termasuk salah satu 'ahli' Internet Marketer yang paling diminati di tanah air.

Sejak masih bayi, Habibie didiagnosa mengidap penyakit langka Muscular Dystrophy tipe Becker. Penyakit ini merusak saraf motorik di otak kecil yang membuat tubuhnya tak bisa berkembang sempurna. Sebagian besar anggota badannya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Praktis hanya kepala dan tangan kanan saja yang bisa digerakkan.

Habibie yang lahir dari pasangan H. Nasori Sugianto dan Hj. Endang Setyati pada 6 Januari 1988 memang dikaruniai kemampuan sebagai Internet marketer di atas rata- rata. Karena sakit yang dideritanya, ia tidak dapat melanjutkan pendidikan secara formal. Ia hanya bersekolah hingga tingkat SMA.

Sang Ibunda lantas mengarahkan Habibie dengan menyertakannya dalam seminar Internet Marketer pada 2007. Hanya dalam empat bulan, ilmu marketing online itu ia terapkan dan terbukti mampu memberinya penghasilan rata-rata $500 sampai $10.000 per bulan. "Awalnya lumayan sulit, setelah empat bulan, saya baru mendapatkan hasil dari amazon.com. Asal kita mau dan tetap berusaha, pasti bisa!," kenang Habibie.

Keberhasilan inilah yang mendorong Habibie untuk berbagi ilmu kepada penyandang disabilitas yang lain. Sejak tahun 2008, Habibie mulai rajin mendatangi panti-panti penyandang disabilitas atau komunitas penyandang disabilitas untuk berbagi ilmu dan ketrampilan yang dimilikinya. Habibie juga membuka akun jejaring sosial, facebook dan twitter  agar mudah menjangkau teman-teman di dunia maya.

Nama Habibie semakin berkibar setelah dirinya muncul dalam berbagai acara Talkshow yang digelar diadakan berbagai stasiun televisi, salah satunya adalah sebagai bintang tamu dalam acara Talkshow Kick Andy yang disiarkan stasiun televisi MetroTV.

Sang Ibu juga aktif mendorong keinginan sang buah hati dengan mendirikan Yayasan Habibie Afsyah. Melalui yayasan ini, Habibie memberi pelatihan sekitar 50 an orang normal dan kurang lebih 60-an penyandang cacat dan 1 komunitas yang ia bangun untuk menjadikan tim yang mengembangkan project-project websitenya.

Saat ini juga banyak penyandang disabilitas dari luar kota, seperti Solo, Semarang, Yogyakarta dan daerah sekitar pulau Jawa singgah ke yayasan untuk mendapatkan pelatihan dan motivasi. Sekitar 20 orang berhasil dan tetap menjalin komunikasi dan berkonsultasi. Sebagian penghasilan yang didapatnya, digunakan untuk mengadakan pelatihan bagi penyandang cacat di luar kota. Sang Ibu juga membantu menjalin kerja sama dengan komunitas-komunitas disable lain. Salah satunya kegiatan yang saat ini sedang proses berjalan, dia membentuk Indonesia Disable Care Community yang berdomosili di Solo.

Hasil didikan Habibie tak mengecewakan. Salah satu diantaranya adalah
Zulfian yang sebelumnya berkonsultasi dan menjalani pelatihan Internet marketing. Kini, ia justru berhasil membangun usaha yang cukup besar, dengan sistem pemasaran online. Rata-rata pendapatan setiap bulan kini berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 6 juta. Zulfian kini pun menjadi mitra Habibie dalam memberikan pelatihan bagi para penyandang cacat.

Habibie berharap, penyandang cacat yang senasib dengannya memiliki semangat dalam berkarya dan berusaha. Yayasan yang kini menjadi 'rumah' bagi sesama penyandang disabilitas diharapkan tetap berjalan apabila Habibie tidak sehat ataupun tidak dapat beraktifitas kembali untuk mengembangkan yayasan. "Yayasan ini harus tetap berjalan, orang tua saya akan mengelolanya dan pelatihan akan diteruskan Ridwan, sahabat saya," ujar Habibie.

Kiprah mulia Habibie memang telah mendapatkan pujian dari berbagai kalangan. Meski demikian, tak satupun penghargaan diberikan untuk Habibie. Hanya mendapatkan sertifikat Terima Kasih sebagai pembicara yang menempel rapi di dinding ruang tamu rumahnya.

Dewi Lestari, artis dan penulis buku:
Habibie orang yang cerdas dan riang. Apa yang telah dilakukannya untuk berbagi dengan sesama penyandang disablitas maupun orang normal merupakan tindakan sangat-sangat terpuji dan layak untuk dicontoh. Satu hal, dia bukan orang yang mudah menyerah dan justru ingin mengajak mereka yang memiliki keterbatasan untuk bisa mandiri.

Selasa, 12 Juni 2012

Kisah Cinta Seorang Anak..


Untuk bahan Renungan Semoga Bermanfaat
(ditulis oleh Cristine Wili)

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

Kamis, 07 Juni 2012

Suaramu Membangunkanku


Sudah 10 bulan pria itu terbaring di tempat tidur rumah sakit. Dalam kondisi tak sadar dan tak bisa merespon apapun. Koma. Dokter bahkan mengatakan, kemungkinan terburuk, ia tak akan bangkit selamanya.

Mathew Taylor, nama pria itu, terbaring tak berdaya akibat kecelakaan motor di Bali. Di Pulau Dewata itu ia mengajar Bahasa Inggris. Kepalanya mengalami gegar otak parah.

Suatu hari kejaiban terjadi. Sebuah panggilan telepon mengubah segalanya. Dari rumahnya di Bali, kekasih Taylor, Handayani Nurul menelepon. Orang tua yang menerima panggilan itu lantas mengarahkan telepon ke telinga Taylor.

Saat mendengar suara kekasihnya itu, air mata Taylor mengalir ke pipinya. Itu adalah kali pertamanya pria 31 tahun itu menunjukkan tanda-tanda pulih.

"Air matanya mengalir saat kami mendekatkan telepon ke telinganya. Kekasihnya menanyakan sesuatu, ia seakan menjawab "ya" dengan bahasa tubuhnya," kata ayah tiri Taylor, Simon Moore, seperti dimuat Daily Mail.

Taylor dari Overseal, Derbyshire, Inggris bertemu Nurul (27) setelah ia pindah ke Indonesia tahun 2009 -- 18 bulan sebelum kecelakaan -- untuk mengajar Bahasa Inggris.

Pasangan itu berniat menikah, mereka telah bertunangan, namun rencana itu harus tertunda saat Taylor mengalami kecelakaan kala mengemudikan motor 9 Juli tahun lalu. Selain tengkorak yang retak, rongga matanya juga harus direkonstruksi menggunakan tulang dari pahanya. Saat operasi itulah, ia koma, dan dalam kondisi vegetatif.

Pada bulan Oktober, Taylor dipulangkan ke Inggris. Kedua orang tuanya  terus berjaga di samping tempat tidur di Royal Derby Hospital.

Nurul sempat menemani Taylor selama tiga bulan, namun mahasiswi Sastra Belanda di Universitas Indonesia itu terpaksa kembali ke Bali gara-gara visanya habis.

Sejak telepon pertama tiga minggu lalu, kini Taylor perlahan-lahan mulai pulih. Lebih banyak gerakan yang dilakukannya. "Kesadarannya masih rendah, tapi ia bisa menggerakkan tangannya, kiri dan kanan saat telepon berdering. Kami sangat lega ia mulai pulih," kata Moore. Ibu Taylor, Heather makin rajin menelepon Nurul untuk menstimulasi putranya.

Moore menambahkan, mereka berjaga siang dan malam di rumah sakit, dengan dada berdebar bersiap menghadapi yang terburuk. Perkembangan positif Taylor saat ini memuat mereka sangat senang.

Seentara,  Luke Griggs, juru bicara yayasan cedera otak Headway mengatakan, Taylor kini punya harapan bisa sembuh total.

Dia menjelaskan, terapi penganggulangan koma (coma arousal therapy) seringkali digunakan untuk menstimulasi pasien yang kesadarannya berkurang, koma atau kondisi vegetatif.

"Periode stimulasi dirancang dengan hati-hati, dalam bentuk suara, sentuhan, bau, dan rasa. Yang digabungkan dengan periode istirahat pasien agar tidak membebani indranya.

"Meskipun kasus setiap individu berbeda, pada umumnya, semakin lama ia tak sadar, makin kecil peluangnya untuk sembuh total."

Namun, keajaiban bisa saja terjadi. "Kami mendengar beberapa contoh, seseorang bisa bangkit dari koma, sembuh total, dan melanjutkan hidup dengan bahagia," kata dia.

Fakta itu menunjukkan bahwa program terapi mungkin efektif. Juga bukti kekuatan cinta bisa menciptakan keajaiban. (eh) Vivanews

Rabu, 06 Juni 2012

Inspirational Letter


(Semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat buat Qt Semua)

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.
Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.
Ibu menjawab: “Mengapa?
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.
Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.
Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.
Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?
Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana .
Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”
Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”
Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”
Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”
Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja
posted by P.E.Saputra


Pesan Ibu

(Selamat Membaca, Semoga bermanfaat)

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya,
"Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om." Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"

"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Sumber : andriewongso.com

Selasa, 05 Juni 2012

Si Tukang Kayu dan Rumahnya






(Semoga Bermanfaat)

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut
pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah.
Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah
untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.

Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia
menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ”katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya
saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.
Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha
ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir
perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh
keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akanmasuk dalam barisan kemenangan.

Pojok Renungan:
“Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri”. (Adapted from The Builder -
Cecilia Attal)

Senin, 04 Juni 2012

PATUTKAH AKU MENGELUH?

(Semoga bermanfaat)

Saya teringat pengalaman waktu lalu, waktu saya belum menerima kebutaan sebagai Berkat Tuhan. Karena sering mengalami hal-hal yang saya anggap menyakitkan baik fisik maupun mental dari minimnya ketajaman mata ini (yang sebenarnya hadiah dari Tuhan juga ), maka saya sering "protes" kepadaNya dan diiringi dengan keluhan pada diri sendiri dan hidup.

Hingga pada suatu hari Tuhan mengirimkan seseorang yang menyadarkan pada saya, betapa saya harus banyak bersukur, betapa saya tak pantas untuk mengeluh. Dia seorang perempuan 21 Tahun, sebut saja namanya "Bela" (bukan nama asli ). Bela datang pada saya bersama suster pedampingnya untuk belajar huruf braille. Yang membuat saya merasa kecil dan harus bersyukur adalah; Bela (akibat kecelakaan) bukan hanya buta, ia juga pengguna kursi roda, kedua tangannya baal
(saya lupa istilah kedokterannya, semacam kehilangan rasa bila memegang sesuatu benda). Padahal syarat utama untuk mengenal huruf timbul itu adalah kepekaan jari-jari kita. namun demikian, semangatnya untuk belajar huruf braille melebihi kekerasan baja sekalipun.

Beberapa bulan kemudian, Ibunda Bela datang kepada saya dan menceritakan semangat Bela sambil menitikan air matanya. "Ibu tak melarang dia terus belajar huruf Braille, tapi Ibu tak sampai hati melihat caranya belajar", begitulah kata Ibu Bela yang saya ingat. "memangnya bagaimana cara dia belajar Bu", tanya saya.

Ibu Bela bercerita bahwa dia sering melihat Bela dikamarnya sedang menciumi kertas timbul. Mula-mula Ibu Bela menyangka bahwa Bela sedang membaui kertas itu. Kebiasaan itu berlangsung beberapa hari, hingga akhirnya Ibu Bela mengetahuinya. "Karena Bela sulit sekali menggunakan jarinya untuk belajar huruf braille, maka dia menggunakan bibirnya sebagai alat peraba", Ibu Bela menjelaskan sambil terbata-bata.

Sungguh perempuan yang luar biasa. Saya malu pada Bela, pada diri sendiri dan Tuhan. Dalam keadaan yang semacam itu, Bela tak pernah mengeluh. Bahkan dia sering berkumpul dengan teman-teman berkursi rodanya dibeberapa rumah makan. Dia menjalani hidup dengan penuh sahaja. "Patutkah saya mengeluh", dalam hati saya. Saya masih ada kaki yang dapat berjalan, masih ada jari-jemari yang dapat membaca huruf braillle, masih dapat menuliskan dan mengirimkan email ini secara mandiri.


Teman-teman tercinta, kita akan segera keluar dari "perasaan" sengsara, mederita, sakit dlll, bila kita bisa bersyukur. bisa menerima diri kita apa adanya. Semoga demikianlah juga teman-teman semua. Jadi, bila teman-teman kesulitan untuk mengerti dan memahami sebuah buku setelah membacanya, janganlah mengeluh. Teruslah bersuyukur, karena masih ada seorang teman milis seperti saya yang untuk membaca buku saja harus melampaui beberapa tahapan;
(1)Buku dalam bentuk hard-copy discaning menjadi soft-file. hal ini bisa berlangsung berhari-hari, tergantung tebal tipisnya halaman.
(2) Setelah di edit di komputer, dokumen tadi di conversi kedalam huruf braille.
(3) Tahap akhir dicetak dengan embosser (printer braille) dengan menggunakan kertas yang ketebalannya minimal 120gram.

Apa pun yang menimpa kondisimu saat ini, tak menjadi masalah. Ketika engkau terbangun dari tidurmu, syukurilah, karena engkau masih dapat melihat indahnya warna-warni hiasan dan benda dikamarmu. Ingatlah saat yang sama teman-teman kita di Mitranetra, mereka tetap tersenyum walaupun seumur hidup mereka (beberapa orang) tak pernah melihat seberkas cahaya sekalipun dan tak pernah mengenal warna-warni seperti anda semua.

Teman-teman, Cintailah dirimu sendiri, yang ada padamu sekarang, adalah yang terbaik dalam rancanganNya, salam

Irwan Dwi Kustanto
Direktur Yayasan Mitra Netra